Apresiasi dalam Pendidikan Seni Rupa
BAB II
PEMBAHASAN
A. Apresiasi dalam Pendidikan Seni Rupa
Salah satu aspek pembelajaran yang cukup
penting dalam pendidikan seni rupa adalah apresiasi. Dalam bahasa sederhana,
apresiasi berarti menerima, menghargai melalui proses yang melibatakan rasa dan
fikir. Kegiatan apresiasi seni di masyarakat kita, begitu juga dalam
penyelenggaraan pendidikan seni di kelas, sampai saat ini masih terbatas sekali
dalam arti belum banyak dikembangkan. Walaupun sesungguhnya pada masa sekarang,
anak-anak memiliki lebih banyak peluang untuk meningkatkan apresiasi
dibandingkan dengan zaman dahulu. Kini teknologi elektronika, khususnya
reproduksi dan percetakan sudah maju. Karya-karya terkenal dapat diperlihatkan
guru kepada para siswa di sekolah. Pameran-pameran seni juga lebih sering
diselenggarakan. Tetapi yang lebih penting lagi, peningkatan apresiasi dapat
dilakukan dari tingkat dasar yang sederhana, dari karya-karya siswa sendiri dan
teman-temannya, dilakukan guru di dalam kelas. Peningkatan kepekaan apresiasi
merupakan gabungan antara aspek : mata (pengamatan) dan rasa (penghayatan),
melalui teknik bertanya dan menunjukkan unsur-unsur menarik dari suatu karya.
Secara lebih luas, apresiasi dilakukan
bukan hanya terhadap karya seni tetapi juga terhadap keindahan di alam. Siswa
diajak “melihat” keindahan yang ada di mana-mana. Keindahan atau kemenarikan
hasil karya ditunjukkan guru (lebih tepat: disarankan), dengan catatan bukan
mutlak harus diterima siswa. Dengan banyaknya melihat unsur-unsur yang
indah/artistik, maka terciptalah pola gambaran mental pada dirinya tentang
apa-apa yang dianggap kebanyakan orang sebagai hal yang indah/seni. Selanjutnya
ia akan memilih, hal-hal apa yang secara individual menarik bagi dirinya. Di
sinilah letak kebebasan siswa untuk menerima atau menolak, menyenangi atau
kurang menyenangi sesuatu yang memungkinkan dirinya memiliki kepekaan
individual (sebagai apresiator) maupun gaya individual (jika ia berkarya).
Perlu dikemukakan di sini bahwa
pengembangan apresiasi seni untuk SD hendaknya lebih diutamakan secara terpadu
dengan kegiatan praktek, jadi bukan tersendiri misalnya dua jam pelajaran
memberi ceramah tentang macam-macam apresiasi seni. Anak dapat dibimbing untuk
mendiskusikan karyanya sendiri atau mengapresiasi karya temannya
B. Kritik Seni dalam Pendidikan Seni Rupa
Kritik Pedagogik (Pedagogical
Criticism) adalah tipe kritik yang dilakukan oleh seorang guru (pendidik)
terhadap karya siswanya dalam usaha mengembangkan proses pembelajaran yang
bermuatan kreasi dan apresiasi. Dalam rangka proses pembelajaran siswa, seorang
pendidik memiliki peranan sebagai pekritik karya-karya siswa sebagai motivasi,
responsi, evaluasi, (reinforcement) Peranan pendidik tersebut sangat
berfungsi untuk membina kemandirian kreasi dan ekspresi diri anakdidik (Siswa).
Tidak menghakimi siswa dengan putusan nilai yang kuantitatif, namun lebih
mengarah kepada penguatan the student’s artistic personality. Jika kita
tinjau dari sudut kependidikan, kritik menempati posisi yang integratif dengan
sistem pembelajaran. Kritik dalam proses belajar - mengajar akan selalu muncul
tak terpisahkan dengan dengan metoda mengajar, strategi belajar-mengajar, dan
evaluasi. Kritik lisan yang disampaikan Pendidik dalam kelas terhadap karya
Siswa sebagai bukti bahwa Pendidik berusaha untuk membangun artistic
personality Siswa. Hal itu tidak lepas dari keseluruhan proses
pembelajaran. Berbeda dengan evaluasi. Evaluasi diberikan oleh Pendidik kepada
Siswa dalam upaya untuk mengetahui keberhasilan proses belajar - mengajar, dan
dilakukan di akhir suatu program (misalnya tes formatif, sumatif, dsb.).
Evaluasi terpisah dari keseluruhan proses pembelajaran. Pembobotan nilai dalam
kritik pun berbeda dengan evaluasi biasa.
C. Pendidikan melalui Kritik dan Apresiasi Seni
Pembelajaran
apresiasi dan kritik seni tidak saja berfungsi dalam pembelajaran seni tetapi
dapat juga diimplementasikan untuk pembelajaran lainnya. Implementasi kritik
dan apresiasi menumbuhkan sikap yang mendukung anak dalam:
a)
Pembelajaran Sosial
Kompetensi untuk menilai dan menghargai
karya seni menumbuhkan sikap untuk menghargai fenomena sosial lainnya. Ketika
para siswa mengambil bagian dalam
apresiasi praktek seni yang ada di masyarakat, mereka mengembangkan suatu
pemahaman tentang dinamika masyarakat dalam konteks budaya, sosial, ekonomi dan
historis tertentu dan berbagi makna sosial yang diproduksi dan dihargai oleh
kelompok masyarakat tersebut. Melalui kegiatan dan pengalaman ini, para siswa
mengembangkan keterampilan interaktif, kepercayaan sosial, pemahaman dinamika
kelompok dan kemampuan untuk merundingkan dalam kelompok ketika mereka bekerja
ke arah suatu tujuan bersama. Hal ini akan mendidik mereka untuk memahami
perasaan mereka sendiri, tanggapan secara emosional dan orang lain seperti
halnya ketika mereka terlibat dalam, dan merefleksikan, sebuah pengalaman seni.
Kondisi ini membawa mereka ada dalam situasi yang memungkinkan untuk berempati
dengan yang lain, berbagi kegembiraan, mengatur frustrasi dan menghadirkan
perasaan ketika menciptakan produk seni.
b)
Membangun kemitraan dengan komunitas
Apresiasi seni dapat menciptakan
kebersamaan di antara para siswa dan anggota sekolah, masyarakat sekitar dan
komunitas seni. Kemitraan ini melibatkan siswa dalam pendekatan dengan banyak
orang, pengalaman dan konteks. Beberapa siswa dapat mengakses manfaat pribadi
melalui pengalaman seni yang ada di masyarakat ini seperti halnya pengalaman
belajar yang diciptakan di sekolah. Mengembangkan kemitraan dengan pihak yang
menawarkan keikutsertaan dalam berbagai program seni memungkinkan untuk
menghubungkan pelajaran di dalam sekolah dengan realitas yang ada dimasyarakat.
Kemitraan juga menyediakan peluang untuk menginformasikan masyarakat tentang
pendidikan di dalam dan melalui aktivitas seni.
c)
Menjadi peneliti yang aktif
Melalui kegiatan apresiasi dan kritik
pada dasarnya siswa melakukan kegiatan penelitian. Sebagai peneliti yang aktif,
para siswa membangun makna melalui apresiasi dan kritik apa yang mereka
selidiki, uraikan dan prediksi. Mereka mempelajari dan menemukan sendiri jalan
yang efektif untuk mengakui adanya berbagai perspektif dan untuk menghadapi
tantangan perbedaan pandangan, metoda dan kesimpulan. Para siswa menggunakan
berbagai teknik dan teknologi dan menerapkannya dalam apresiasi dan kritik
untuk menyelidiki dan menganalisa secara tekstual maupun kontekstual. Sikap ini
akan membantu kepekaan siswa terhadap aspek gagasan yang bersifat intuitif dan
berlangsung sesaat dari banyak proses dan produk seni sehingga peluang terhadap
penemuan dapat segera dikenali dan diselidiki (dikaji dengan kritis).
d)
Menjadi
komunikator yang efektif
Mempresentasikan tanggapan dalam
pembelajaran kritik dan apresiasi dapat mendorong siswa menjadi komunikator
yang efektif. Kompetensi ini menuntut para siswa mengembangkan kemampuan untuk
berkomunikasi secara efektif dan dengan penuh percaya diri di dalam berbagai
konteks dan untuk komunikan yang berbeda. Mereka belajar untuk menggunakan
berbagai sistem simbol, bahasa, bentuk dan proses seni ketika merumuskan,
mengkomunikasikan serta membenarkan pendapat dan gagasan. Para siswa memahami
bahwa karya seni berfungsi juga sebagai media komunikasi yang membawa
nilai-nilai didalamnya sebagai konstruksi kenyataan dan imajinasi, serta
mempunyai kapasitas untuk menimbulkan tanggapan.
e)
Partisipan dalam kehidupan yang saling
berketergantungan.
Dengan mengambil bagian,
mengapresiasi dan mengkritisi pengalaman, produk dan capaian seni, para siswa
mulai untuk mencerminkan, bereaksi dan mengevaluasi peran seni di dalam
masyarakat yang berbeda. Para siswa mengembangkan suatu pemahaman yang
meningkatkan kualitas diri mereka sebagai anggota budaya dan masyarakat masa
lampau, hari ini dan masa depan di mana mereka dapat berkontribusi didalamnya.
Melalui negosiasi
dan bekerja sama dalam pengambilan keputusan, serta aktif secara efektif di
dalam kelompok untuk mencapai tujuan bersama, para siswa belajar
mengidentifikasi dan menerapkan keterampilan antar budaya dan antar pribadi
yang berbeda. Kemampuan ini dapat mengembangkan suatu kapasitas untuk mengatasi kerancuan dan kompleksitas di
dalam dunia dari perubahan budaya, sosial, teknologi dan ekonomi yang cepat
terutama dalam era globalisasi saat ini (lihat Duncum, 2001)
BAB III
PENUTUP.
Salah
satu aspek pembelajaran yang cukup penting adalah apresiasi. Dalam pembelajaran
seni rupa, peningkatan apresiasi dapat dilakukan dari tingkat dasar yang
sederhana, dari karya-karya siswa sendiri dan teman-temannya, dilakukan guru di
dalam kelas. Peningkatan kepekaan apresiasi merupakan gabungan antara aspek:
mata (pengamatan) dan rasa (penghayatan), melalui teknik bertanya dan
menunjukkan unsur-unsur menarik dari suatu karya. Kritik Pedagogik (Pedagogical
Criticism) adalah tipe kritik yang dilakukan oleh seorang guru (pendidik)
terhadap karya siswanya dalam usaha mengembangkan proses pembelajaran yang
bermuatan kreasi dan apresiasi. Dalam rangka proses pembelajaran siswa, seorang
pendidik memiliki peranan sebagai pekritik karya-karya siswa sebagai motivasi,
responsi, evaluasi, reinforcement. Peranan pendidik tersebut sangat
berfungsi untuk membina kemandirian kreasi dan ekspresi diri anakdidik (Siswa).
Guru tidak menghakimi siswa dengan putusan nilai yang kuantitatif, namun lebih
mengarah kepada penguatan the student’s artistic personality. Pendidikan
melalui Kritik dan Apresiasi Seni memberikan manfaat dalam (1) pembelajaran
sosial, (2) membangun kemitraan dengan komunitas, (3) menjadi peneliti yang
aktif, (4) menjadi komunikator yang efektif dan (5) berpartisipasi dalam
kehidupan yang saling berketergantungan.
Tidak ada komentar:
terima kasih